Jumat, 15 Desember 2017

Sebelum Senja Selesai

di sebuah senja pertemuan kita, kaulekat kutatap
dari seluruh penjuru mata. Perlahan kau menurun
ke laut dan ikan-ikan memasang jaring
menjerat tubuh molekmu yang panas
di antara jeruji besi, rangka pinisi, dan tiang-tiang
kau kuintip dari kerimbunan rindu
-- sebuah pulau begitu saja tumbuh dari pelupukmu --
dan ketika sedikit kureguk kopi, kau balik mengintip
dari sela-sela pohon di pulau itu
seperti kata-kata selamat berpisah, cahayamu
merebak ke cakrawala bagai lukisan
memancarkan usia pelukisnya. Kupegang erat
pagar besi di sampingku setelah rokok dimatikan
berjalan ke sebuah sudut tempat sepasang remaja
-- dari dunia berbeda -- khusyuk menerjmahkan
nyala senyummu. Mungkin di dasar laut
kau malah berpeluk dengan gugusan karang
ketika kusadari kopi di meja mengubur waktu
-- sebenarnya aku tak biasa minum kopi --
mamang tak ada lagi yang perlu ditunggu
juga liku-liku jazz -- mengapa bukan losquin -- di kafe
sebelah sana, atau alunan adzan yang pada setiap baitnya
bersembunyi puisi -- tempat jantungku
memompakan kata-kata ke sekujur kepulanganku

Tidak ada komentar:

Posting Komentar