Jumat, 09 November 2018

Berfirlah layaknya manusia ,,.
Jangan berfikir layaknya teknologi,,.
Tampa kita sadari fungsi kemanusiaan kita telah di pangkas habis oleh teknologi,,.
Segala sesuatu dalam berkhidupan kita senantiasa tidak terlepas dari kubangan teknologi,,.
Sehingga kita malas untuk memakai akal dan cara penyelesaian problem dengan cara berfikir secara nyata,,
Forum2 kajian hanya di kembangkan lewat grup2 WA fb/masangger dan juga sms,,.
Cara pandang kita dalam mengembangkan ilmu pengatahuan telah terbalik 99 derajat ,.
Dan pada saat kita di perhadapkam dengan diskusi nyata ,,. Kita tidak mampu untuk berargumen bahkan berucap dan berkata-kata,,. Karna tampa kita sadari dunia teknologi telah menjadi penjara yang mengerikan dalam mengengbangkan ilmu pengetahuan,,.
Oleh sebab itu perbanyak diskusi dengan dunia nyata jangan hanya diskusi dengan dunia fb,WA dan juga sms ,,.
Jangan sampai para bangsa barat sibuk menulis buku dan kita sibuk menulis status..
Wassalam...
Ada sebuah kegelisaan dan kegeraman yang yang kian mencekik, bukan karna apa namun kebijakan para pembual yang tak lagi selaras dengan janji yang dlu perna terucap bahkan bersumpah , hal itu tak lagi bisa redah bahkan terhenti , hal itu membuat kita yang sadar akan hal itu tak bisa hanya diam saja , itu membuat kita trus mengkomandangkan suara2 perjuangan guna untuk meretas segala bentuk dari pada rentetan problem yang nampak nyata itu, hai para pemudah2 yang masih tetap berdiri kokoh di atas altar2 kebenaran itu jangan sekali2 kau diam dan atau pun kau henti karna untuk mencapai suatu kebenaran membutuhkan perjuangan yang sebetul betulnya perjuangan yang tampa jedah dan titik.Kesadaran membuat orang melakukan suatu kebenaran , dan jika datang kehancuran maka itu tandanya kebenaran telah di paksa bungkam oleh ketidaksadaran itu sendiri.

#generasimilenial #jangandiam

Jumat, 15 Desember 2017

Sebelum Senja Selesai

di sebuah senja pertemuan kita, kaulekat kutatap
dari seluruh penjuru mata. Perlahan kau menurun
ke laut dan ikan-ikan memasang jaring
menjerat tubuh molekmu yang panas
di antara jeruji besi, rangka pinisi, dan tiang-tiang
kau kuintip dari kerimbunan rindu
-- sebuah pulau begitu saja tumbuh dari pelupukmu --
dan ketika sedikit kureguk kopi, kau balik mengintip
dari sela-sela pohon di pulau itu
seperti kata-kata selamat berpisah, cahayamu
merebak ke cakrawala bagai lukisan
memancarkan usia pelukisnya. Kupegang erat
pagar besi di sampingku setelah rokok dimatikan
berjalan ke sebuah sudut tempat sepasang remaja
-- dari dunia berbeda -- khusyuk menerjmahkan
nyala senyummu. Mungkin di dasar laut
kau malah berpeluk dengan gugusan karang
ketika kusadari kopi di meja mengubur waktu
-- sebenarnya aku tak biasa minum kopi --
mamang tak ada lagi yang perlu ditunggu
juga liku-liku jazz -- mengapa bukan losquin -- di kafe
sebelah sana, atau alunan adzan yang pada setiap baitnya
bersembunyi puisi -- tempat jantungku
memompakan kata-kata ke sekujur kepulanganku

Antara jasmani dan rohani

Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, apabila daging itu baik maka baiklah tubuh manusia itu, akan tetapi bila daging itu rusak maka rusak pula tubuh manusia. Ketahuilah bahwa sesungguhnya segumpal daging itu adalah hati.”

[HR. Bukhari-Muslim].

Hati manusia terbagi menjadi tiga klasifikasi:
1). Qalbun Shahih (hati yang suci),
2). Qalbun Mayyit (hati yang mati), dan
3).Qalbun Maridl (hati yang sakit).

Pertama, Qalbun Shahih

yaitu hati yang sehat dan bersih (hati yang sehat) dari setiap nafsu yang menentang perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dan dari setiap penyimpangan yang menyalahi keutamaan-Nya. Sehingga ia selamat dari pengabdian kepada selain Allah, dan mencari penyelesaian hukum pada selain Rasul-Nya.

Karenanya, hati ini murni pengabdiannya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, baik pengabdian secara iradat (kehendak), mahabbah (cinta), tawakkal (berserah diri), takut atas siksa-Nya dan mengharapkan karunia-Nya.

Bahkan seluruh aktivitasnya hanya untuk Allah Subhanahu Wa Ta’ala semata. Jika mencintai maka cintanya itu karena Allah, dan jika membenci maka kebenciannya itupun karena Allah, jika memberi atau bersedekah, hal itu karena-Nya dan jika tidak memberi, juga karena Allah.

Dan tidak hanya itu saja, tapi diiringi dengan kepatuhan hati dan bertahkim kepada syari’at-Nya. ia mempunyai landasan yang kuat dan prinsip tersendiri dalam menjadikan Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wa Sallam sebagai suri tauladan dalam segala hal.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

 “Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”[QS. Al-Hujurat:1].

- Kedua;

Qalbun Mayyit (hati yang mati) adalah kebalikan dari hati yang sehat, hati yang mati tidak pernah mengenal Tuhannya, tidak mencintai atau ridha kepada-Nya. dan ia berdiri berdampingan dengan syahwatnya dan memperturutkan keinginan hawa nafsunya, walaupun hal ini menjadikan Allah SubhanahuWwa Ta’ala murka akan perbuatannya.

Ia tidak peduli lagi apakah Allah ridha atau murka terhadap apa yang dikerjakannya, sebab ia memang telah mengabdi kepada selain Allah. Jika mencintai didasarkan atas hawa nafsu, begitu pula dengan membenci, memberi. Hawa nafsu lebih didewa-dewakan daripada rasa cinta kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Hati jenis ini adalah hati yang jika diseru kepada jalan Allah, maka seruan itu tidaklah berfaedah sedikitpun, karena Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah menutup hati mereka.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

” Dan diantara mereka ada orang yang mendengar (bacaanmu), padahal kami telah meletakkan tutup di atas hati mereka sehingga mereka tidak memahaminya) dan kami letakkan sumbatan di telinganya dan jikalaupun mereka melihat segala tanda kebenaran mereka tetap tidak mau beriman kepadanya. Sehingga apabila mereka datang kepadamu untuk membantahmu, orang-orang kafir itu berkata: Al-Qur’an itu tidak lain hanyalah dongengan orang-orang dahulu‘.”
[QS. Al-An'am:25].

Ayat ini menunjukkan, bahwa ada manusia yang tidak mempergunakan hatinya untuk memahami ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan tidak mempergunakan telinganya untuk mendengar perintah-perintah Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Juga tidak mau melihat kebenaran yang telah disampaikan. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“(Mereka berkata:) Hati kami tertutup dari ajakan yang kamu serukan kepada kami, dalam telinga kami ada sumbatan, dan diantara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu, sesungguhnya kami bekerja pula.”[QS. Fushilat:5].

Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan membiarkan mereka dalam kegelapan dan mereka sedikitpun tidak akan mendapatkan cahaya iman.

“Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya. Allah menghilangkan cahaya (yang menyinari) mereka. Dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat, mereka tuli, bisu dan buta, maka mereka tidaklah kembali kepada jalan yang benar.”

[QS. Al-Baqarah:17-18].

 -Ketiga,

Qalbun Maridl (hati yang sakit) adalah hati yang sebenarnya memiliki kehidupan, namun di dalamnya tersimpan benih-benih penyakit berupa kejahilan. Hati yang sedang di cekam sakit akan mudah menjadi parah apabila tidak diobati dengan hikmah dan maud’izah. Seperti difirmankan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Agar Dia menjadikan apa yang dimasukkan setan, sebagai cobaan bagi orang-orang yang di dalam hatinya ada penyakit dan yang keras hatinya.”
[QS. Al-Hajj:53].

Karena sesungguhnya apa yang disisipkan oleh setan kedalam hati manusia itu, akan membuat sesuatu menjadi syubhat (sesuatu yang meragukan), seperti penyakit ragu dan sesat. Begitu hati menjadi lemah karena penyakit yang diidap, maka setanpun mudah merasuk ke dalam hati lalu menghidupkan fitnah dalam hati tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

Sesungguhnya jika tidak berhenti orang-orang munafiq, orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan kabar bohong di madinah (dari menyakitimu) niscaya kami perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka. Kemudian mereka tidak menjadi tetanggamu (di madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.”

[QS. Al-Ahzab:60].

Namun demikian hati orang-orang yang seperti itu belumlah mati sebagaimana hati orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, akan tetapi bukan pula hati sehat, seperti sehatnya hati orang-orang yang beriman. Sebab di dalam hati mereka terdapat penyakit syubhat dan syahwat. Sebagaimana Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala:

“Sehingga berkeinginanlah orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya.“
[QS. Al-Ahzab:32].

Saat malam enggan menjemput senja

malam itu ku berkata kepada sahabat saya yang bru menyesaikan studinya sebgai mahasiswa di universitas muhammadyah maluku utara sore tadi saat waktu menunjuk pukul 10:00 WIT ,
Bagaimana jikalau sedikit nanti kita santai di warkop sambil menikmati hangatnya hitam pekat sang kopi?
Oke!! Nanti selesai saya balik dari dosen yang tadi menjadi pembimbingku saat aku masih dalam tahap proposan (kata sahabatku),
Seiring waktu bergulir dan sampai pada jam 10 malam kira2, """ ahh.. bukan mungkin sekitar jam 11 malam , akupun dan sahabat itu mulai mengayunkan kaki menuju kendaraan beroda dua itu untuk beranjak pergi meninggalkan kediaman.., dan saat dalam perjalanan kami berbincang2 agak humoris , setelah tiba di warung kopi itu, kami segala mencari tempat duduk untuk ngopi, setelah beberadap saat kemudian sekitar jam 4 subuh yang semakin dalam sengatan dingin , blm lagi datang rintikan yang hampir membasahi jasab ini , ia itu adalah hujan dengan kencangnya , entah apakah sang alam sedang bersedih terhdap penghuninya atau kah mungkin kehendaknya, tak lama kami pun mulai merasa bahwa lebih baiknya kita kembali saja kekediaman karna telah datang sang ngantuk dan lelah karna duduk semalaman, kami pun berjak pulang , tak lama saat dalam perjalanan itu rintik2 itu semakin mengeras jatuhnya , hampir memasahi kami seutuhnya, hingah kami pun menepi untuk meneduhkan diri agar sang hujan itu tak membasahi jasab ini, sekitas setengah jam kami di situ  , menungguh sang hujan meredah , setelah redah kami pun memulai perjalanan menujuh kekediaman , pukul 06: 21 malam kami pun sampai dengan selamat tampa ada sedkitpun penghalang yang menghampiri ... berselang kemudian sang orange menyapa dari sudut barat yang dengan megahnya sang cahaya menandakan bahwa malam telah berlalu dan pagi telah datang...